Jumat, 30 Desember 2011

BAYANGAN SEMU



KRING!!KRING!!KRING!! hpku berdering kembali. Sudah ketiga kalinya  hp ini berdering. Malas sekali rasanya untuk mengangkat telepon dari mama. Pasti dia hanya mengingatkan aku untuk makan atau cepat pulang ke rumah. Aku sudah besar, Ma. Aku bukan anak kecil lagi yang harus diingatkan seperti itu. Lagipula, kalo aku pulang, di rumah cuman ada mbok minah saja. Mama sibuk dengan kerjanya yang bolak-balik Jakarta-Perth. Papa sudah meninggal tahun lalu. Daripada aku di rumah, mendingan aku main sama teman-temanku.
            Hari ini memang hari yang sangat membosankan. Tidak ada aktivitas yang bisa aku lakukan. Pacarku yang bernama Dinar sibuk dengan urusannya sendiri. Lupa sama aku. Walaupun dia sibuk, aku tetap sayang dan cinta sama dia. Dia wanita yang sangat special buat aku. Sudah lima tahun aku berpacaran dengan Dinar. Dinar merupakan cinta pertamaku dan aku harap dia juga menjadi cinta terakhirku.
            “Mas Dimas.” Tiba-tiba Mbok Minah manggil.
            “Iya mbok, ada apa?” tanyaku.
            “Ada yang nyariin mas di depan. Katanya teman kuliahnya Mas Dimas.” Jawab Mbok Minah.
            Akhirnya aku pun keluar kamar dan menghampiri teman aku yang datang. Sebenarnya yang aku harapkan datang ke rumah itu Dinar, eh tahunya bukan dia yang datang.
            Ngapain lo ke rumah gue? Tumben banget bro.” Tanyaku.
            Gue mau ngajak lo nongkrong. Anak-anak yang lain udah pada disana. Ikut yuk.” Ajak Reza. Reza adalah teman kampusnya Dimas.
            “Mau kemana sih emang?” Tanyaku.
            “Udah ikut aja dulu. Gak bakalan nyesel deh lu.” Bujuk Reza.
            Akhirnya aku pun termakan rayuan Reza. Aku dan dia pergi ke tempat yang aku belum tahu sebelumnya. Ternyata Reza mengajakku ke tempat yang sebelumnya belum pernah aku datangi. Sebuah tempat yang bukanya hanya dari sore hingga pagi buta. yang di dalamnya terdapat lampu berbagai warna dengan music DJ nya itu  membuat anak muda sering sekali datang ke tempat ini.
            Ngapain lu ngajak gue kesini?” Tanyaku.
            “ Yaampun Mas, lo belum pernah kesini?” Tanya Reza.
            Gue belum pernah ya ketempat seperti ini. Gue mau balik ah.” Jawabku.
            Yaelah Mas cupu banget lu. Masa pulang sih. Udah disini aja dulu. Daripada lo di rumah sendirian terus gak ngapa-ngapainkan?” Ujar Reza.
            Dan aku pun kemakan omongan Reza lagi. Aku masuk ke tempat itu. Ramai sekali disini. Music yang kencang dengan lampu yang berkelip-kelip dan banyak orang yang sedang berjoged. Aku tidak suka dengan tempat ini. Aku terpaksa ikut ke tempat ini karena aku tidak ingin dibilang cupu oleh Reza.
            Setelah sejam disini, aku mulai menikmati tempat dan suasana ini. Ternyata menyenangkan juga berada di tempat ini. Aku bisa mencari keramaian disini. Aku tidak kesepian lagi. Aku bisa menghilangkan semua pikiran yang membuat aku stress.
            Semenjak hari itu, aku sering ke tempat seperti itu. Tempat yang bisa membuat aku senang. Tempat yang membuat aku tidak kesepian lagi. Di tempat ini aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan.
            Di jam tanganku sudah pukul 02.00 pagi. Aku pulang dari tempat ini dalam keadaan sangat mabok. Aku pulang sendiri. Teman-temanku sudah pulang duluan. Terpaksa aku mengendari mobil sendiri.
            BRUUUUUK. Tiba-tiba terdengar suara itu. Mobilku berhenti mendadak. Aku keluar dari mobil dan melihat apa yang terjadi. Banyak sekali darah yang bercucuran dari seorang wanita yang terkapar kaku di depan mobilku. Aku menabrak orang. Oh my god! Apa yang harus aku lakukan. Aku sudah membunuh orang yang tidak aku kenal. Aku harus gimana?
            Tanpa berfikir panjang, aku pun meninggalkan wanita yang terkapar kaku itu. Aku tidak mau dipenjara. Hanya lari yang ada dipikiranku saat ini. Untungnya saja di jalan itu sepi. Semoga saja tidak ada yang melihat bahwa aku yang sudah menabrak wanita itu. Mudah-mudahan saja ini semua hanya mimpi. aku ingin segera bangun dari mimpi buruk ini. Dan ketika aku bangun semua akan baik-baik saja.
            Semenjak kejadian itu, hidup tidak tenang. Banyak perasaan bersalah yang menghantuiku. Wajah wanita itu selalu terbayang-bayang dalam pikiranku dan terkadang masuk dalam mimpiku. Oh my god! Aku harus bagaimana? Aku tidak mau terus menerus dikejar-kejar rasa bersalah ini.
            Aku pun langsung menuju tempat kejadian itu. Aku mencari informasi tentang keadaan wanita itu. Tetapi sudah seminggu ini aku tidak mendapatkan informasi apa-apa. Warga setempat pun tidak tahu kemana wanita itu dibawa. Akhirnya aku mengakhiri penyelidikan ini.
            “Hai, sayang.” Sapa Dinar.
            “Hai juga. Kemana saja kamu gak ada kabarnya?” Tanyaku.
“Maaf ya sayang. Aku banyak tugas banget nih.” Jawab Dinar.
            “Iya gak apa-apa kok. Aku ngerti.” Jawabku.

            Setelah berbincang-bincang lama dengan Dinar, kenapa perasaan aku ke Dinar tiba-tiba flat begini. Rasa yang dulu ada buat dia sudah hilang semua. Aku sudah tidak ada perasaan apapun kepada dia. Kenapa perasaanku tiba-tiba berubah begini. Apakah aku sudah tidak mencintainya lagi? Apa aku sudah tidak menyayanginya lagi? Sudahlah aku tidak mau memikirkan ini dulu. Yang dipikiranku saat ini adalah wanita yang aku tabrak waktu itu.
            Setelah peristiwa itu, aku sudah tidak mengunjungi diskotik lagi. Aku sudah tidak ingin peristiwa itu kembali terjadi. Sudah cukup sekali saja aku berbuat seperti itu. Jika pulang dari kampus, aku segera pulang ke rumah.

            Setiap hari yang aku lakukan hanya tidur dan duduk manis di depan televisi. Tidak ada aktivitas lain yang aku bisa kerjakan.  Tiba-tiba saja aku terpikir ingin membuka computer. Aku sudah lama tidak chatting dengan teman-temanku yang melanjutkan sekolahnya di luar negeri. Sebenarnya aku disuruh mama kuliah di Perth. Supaya aku bisa tinggal bareng dengannya. Karena mama sudah lima tahun ini bekerja disana. Tapi pada saat itu aku menolaknya karena aku tidak ingin meninggalkan Dinar disini. Tetapi kenyataannya Dinar yang meninggalkan aku.
            Aku mencari nama-nama temanku di salah satu jejaring sosial yang bisa menghubungkan Indonesia dengan Negara-negara lain. Aku menemukan beberapa nama teman-temanku. Tiba-tiba saja ada yang mengajakku chatting duluan. Aku tidak mengenal wanita ini sebelumnya. Tetapi untuk iseng-iseng saja, aku pun merespon chatting wanita itu.
            Wanita itu berasal dari Australia namanya Alice. Dari foto yang dia pajang, memang terlihat cantik dan berkharisma. Rambutnya panjang dan terlihat sehat. Kulitnya sangat putih dan lembut terlihat sangat sehat sekali dan wajahnya memancarkan sinar. She is very perfact. Setelah mengenalkan diri, ternyata Alice merupakan warga Indonesia yang mendapatkan beasiswa melanjutkan pendidikkannya di luar negeri.
Wooow!! Berarti Alice salah satu pelajar yang berprestasi.  Aku semakin kagum padanya. Bukan hanya parasnya yang cantik, tetapi otaknya pun genius.
            Setelah aku mengenal Alice di dunia maya, tiap hari yang aku lakukan hanya membuka computer dan internet untuk chatting dengannya. Aku mengenal Alice seperti aku menemukan hidupku yang baru.  Alice merubah hidupku menjadi lebih baik. Tidak seperti dulu. mungkin Alice merupakan wanita yang memang aku cari-cari selama ini.
            Alice bercerita kepadaku bahwa dia memiliki saudara kembar di Indonesia. Tetapi muka mereka jauh berbeda. Saudara kembar Alice tidak mendapatkan beasiswa seperti dia. Alisa, nama saudara kembar Alice.
            “Tetapi saudara kembarku sudah meninggal sebulan yang lalu.” Ujar Alice di chatting.

            Aku sangat kaget. Tiba-tiba aku terbayang-banyang lagi pada peristiwa satu bulan yang lalu. Cerita dari Alice mengenai sodara kembarnya yang meninggal persis sekali sama apa yang aku lakukan. Kenapa aku harus mengingat kembali kejadian itu? Padahal aku sudah melupakannya.
            Alice pun memberikan alamat rumahnya yang berada di Indonesia. Tanpa pikir panjang, aku pun langsung menuju rumah Alice. Rumahnya tampak sepi sekali. Hanya ada pembantunya saja. Aku melihat-lihat isi rumah Alice. Siapa tahu saja aku menemukan bukti bahwa ini rumah wanita yang aku tabrak waktu itu atau bukan. Di dalam rumahnya berada foto keluarga. Aku melihat foto-foto itu. Aku melihat sosok wanita yang wajahnya sama persis dengan wanita yang aku tabrak waktu itu. Dan ternyata benar. Saudara kembar Alice adalah wanita yang aku tabrak waktu itu. Aku bingung harus melakukan apa sekarang.
            Aku harus berkata apa kepada Alice? Bagaimana reaksi Alice jika dia tahu bahwa aku yang telah membunuh saudara kembarnya? Aku harus sebisa mungkin untuk menyembunyikan rahasia ini. Aku tidak ingin Alice membenci aku jika dia tahu semua ini.
            Sudah hampir setahun aku mengenal Alice. Dan minggu depan Alice akan pulang ke Indonesia. Rahasia ini pun masih aku rahasiankan kepada Alice. Aku tidak berani untuk mengakui semuanya. Karena aku mulai jatuh hati kepadanya. Aku mencintai dan menyayanginya. Aku pun sudah mengakhiri hubunganku dengan Dinar. Yang ada dihatiku hanya Alice.
            “Besok kira-kira aku sampai Bandara Soekarna-Hatta sekitar pukul 03.00 sore. Kamu mau jemput aku di bandara?” Tanya Alice.
            “Oke. Besok aku akan jemput kamu di bandara. See you tomorrow honey.” Ujarku.
            “See you tomorrow. Bye bye.” Ujar Alice.
            Aku sudah tidak sabar untuk menantikan hari esok. Aku ingin segera bertemu Alice. Wanita yang aku cintai. Aku ingin menyatakan isi hati kepadanya.
            Tepat pukul 03.00 sore. Tetapi pesawat Alice belum datang juga. Alice jadi datang atau tidak ya?
“Dimas.” Tiba-tiba ada yang memanggilku dari belakang.
            “Hai Alice. Aku kira kamu tidak datang.” Ujarku.
            “Aku pasti datang kok.” Jawab Alice.
            “Wow! Ternyata kamu lebih cantik aslinya daripada di foto ya.” Pujiku.
            “Ah kamu bisa aja. Ayo kita pulang.” Ajakku.
            “Sebelum pulang, aku mau ngajak kamu ke suatu tempat. Kamu mau kan?” tanyaku.
            “Kemana Dim? Oke aku mau.” Jawab Alice.
            Aku mengajak Alice ke sebuah taman yang sudah aku tata menjadi sangat romantis. Di tempat ini akan aku nyatakan seluruh perasaanku kepada Alice.
            “Wow! Cantik sekali tamannya.” Ujar Alice.
            “aku sengaja membuat taman ini menjadi cantik. Ini semua untuk menyambut kedatangan kamu.” Jawabku.
            “Serius ini untuk aku, Dim?” Tanya Alice.
            “Iya. Ini semua untuk kamu. Dan ada yang ingin aku bicarakan kepadamu.” Ujarku.
            “Kamu mau nanya apa, Dim?” Tanya Alice.
            “Alice. Kita sudah hapir setahun kenal. Menurutku, setahun bukan waktu yang sebentar untuk mengnal satu dengan yang lain. Setahun sudah cukup untuk mengetahui kepribadian masing-masing. Aku mempunyai rasa kepada kamu. Aku mencintaimu, aku menyayangimu. Kamu mau jadi pacarku?” Ujar Dimas.
            “jujur Dimas. Aku juga mempunyai rasa yang sama kepada kamu. Aku merasa nyaman dengan kamu. So, aku mau jadi pacar kamu.” Jawab Alice.
            Akhirnya kami pun resmi berpacaran. Aku tidak menyangka ternyata Alice pun mempunyai rasa yang sama kepadaku. Hari ini sangat menyenangkan. Hari ini sangat berarti untukku dan juga Alice.
            Sudah hampir sebulan Alice berada di Indonesia. bulan depan dia akan kembali ke Australia. Sudah setahun yang lalu peristiwa itu terjadi, kenapa rasa bersalah itu masih saja menghantuiku. Apakah aku harus mengakui ini semua kepda Alice? Tetapi resiko ini terlalu berat. Aku akan kehilangan Alice jika aku menceritakannya. Apa yang harus aku lakukan?
            Aku pun memutuskan untuk menceritakan ini semua kepada Alice. Aku meceritakan kejadian itu dari awal sampai akhir. Aku sudah tidak bisa menyembunyikan ini semua kepada Alice. Aku sudah tidak mau untuk selalu dihantui rasa bersalah ini. Aku ceritakan ini semua kepada Alice. Dan reaksi Alice hanya diam.
            Sudah sejam lebih Alice terdiam setelah aku ceritakan peristiwa itu. Aku bingung apa yang harus aku lakukan.
            “Alice, maafkan aku. Aku tidak sengaja menabrak saudara kembar kamu. Alice kamu mau memaafkan aku kan?” Tanyaku.
            “Yasudahlah Dim. Ini semua kan sudah terjadi. Kamu pun tidak mungkin bisa kan untuk mengembalikan Alisa lagi? Aku sudah memaafkan kamu kok.” Jawab Alice.
            “Serius kamu sudah memaafkan aku? Aku bersedia kok kalo kamu membenci aku. Kalo kamu mau marah sama aku. Aku pasrah kalo kamu mau balas dendam kepada aku.” Ujarku.
            “Kamu ngomong apasih, Dim? Aku sudah tidak ingin mengungkit-ungkit masalah yang sudah berlalu. Aku memang ada fikiran akan membuat perhitungan dengan orang yang membunuh Alisa. Tapi, kalo aku tahu itu kamu, aku buang niat itu jauh-jauh. Aku tidak mungkin melakukan itu kepada kamu. Pria yang aku cintai. Kamu nggak usah  membicarakan masalah ini lagi ya. Jadi, sekarang kita jalanani saja hubungan kita ini. Gak usah bicarakan yang sudah berlalu. Kita jalanin saja yang ada dihadapan kita. Oke darling.” Jawab Alice.
            Aku tidak menyangka ternyata Alice berbicara seperti itu. Semua yang aku takutkan ternyata tidak terjadi. Alice wanita yang sangat baik sekali. Aku senang bisa mendapatkan seorang pacar seperti Alice.
            “Oke sayang. Aku akan jaga kamu sampai kapan pun. Aku tidak akan meninggalkan kamu. Aku sayang sama kamu.” Ujarku.
            “Aku juga sayang sama kamu Dimas. Ujar Alice.

by: Vonika Maulita

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar